Jumat, 19 April 2013

Tafsir Surat At-Takwir (Bumi yang Digulung)



Surah at-Takwir
terdiri dari 29 ayat. Kata 'at-Takwir, yang berarti 'Digulung', diambil dari ayat pertama.

Ayat-ayat surah ini disepakati turun keseluruhannya sebelum Nabi berhijrah ke Madinah, yakni Makkiyyah. Namanya yang populer adalah surah at-Takwir. Ini terambil dari kata kuwwirat yang disebut pada ayat pertamanya. Dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Sunan at-Tirmidzi, penafsiran kedua ulama itu terhadap ayat-ayat surah ini mereka letakkan di bawah judul surah Idza asy-Syamsu Kuwwirat.

Memang, tidak ditemukan riwayat yang bersumber dari Nabi saw. yang menjelaskan nama surah ini. Dalam Sunan at-Tirmidzi dan Ahmad melalui sahabat Nabi saw, Ibn 'Umar ra., ditemukan bahwa Nabi saw bersabda: "Siapa yang ingin melihat Hari Kiamat bagaikan melihatnya dengan pandangan mata kepala, hendaklah dia membaca Idza asy-Syamsu Kuwwirat, dan Idza as-Sama' Infatharat, dan Idza as-Sama' Insyaqqat.

Tujuan utama surah ini —sebagaimana terbaca dari ayat-ayatnya dan dari sabda Nabi di atas— adalah uraian tentang Hari Kiamat dan balasan yang akan diterima masing-masing orang. Al-Biqa'i menulis bahwa tujuan utama surah ini adalah ancaman keras atas siksa yang bakal terjadi di Hari Kiamat —hari tibanya makhluk di tempat tujuan terakhir.

Ancaman itu ditujukan kepada siapa pun yang mengingkari kebenaran al-Qur'an yang merupakan peringatan, dan yang tertulis di lembaran-lembaran yang dimuliakan, ditinggikan lagi disucikan, di tangan para penulis, utusan serta duta Allah (baca surah yang lalu, QS. 'Abasa (80): 13-16). Ia disampaikan oleh utusan yang mulia, yakni malaikat Jibril, yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah Pemilik 'Arsy, yang ditaati di sana (di alam malaikat), lagi dipercaya (baca ayat-ayat 19-21 surah ini).

Namanya at-Takwir (penggulungan matahari) merupakan petunjuk yang jelas tentang tujuan utama itu bagi yang memerhatikan kandungan ayat-ayatnya yang menjelaskan tentang balasan sekaligus keagungan al-Qur'an. Demikian lebih kurang al-Biqa'i.

Surah ini merupakan surah ke-7 yang diterima Nabi Muhammad saw. Ia turun sesudah turunnya surah al-Fâtihah dan sebelum surah al-A'la (Sabbihisma). Jumlah ayat-ayatnya 29 ayat.

Akhir surah yang lalu ('Abasa) ditutup dengan ancaman kepada kaum kafir dan pendurhaka tentang akan datangnya Kiamat dan siksa Allah. Surah ini dimulai dengan uraian tentang Kiamat itu dan memberi gambaran yang demikian jelas tentang kejadiannya.

Ayat-ayat di atas menyebut enam hal luar biasa yang berbeda dengan apa yang selama ini dikenal dalam kehidupan sehari-hari yaitu:
1. Matahari digulung dengan sangat mudah.
2. Bintang-bintang berjatuhan dengan sendirinya atau pudar cahayanya.
3. Gunung-gunung digerakkan dari tempatnya.
4. Unta-unta yang mengandung di bulannya yang kesepuluh, yakni harta yang paling disukai, ditinggalkan.
5. Binatang-binatang buas dan liar dikumpulkan.
6. Samudera dipanaskan, atau dimunculkan panasnya, sehingga menjadi lautan api.

Pelajaran yang Dapat Dipetik Dari Ayat 1-6

Menjelang terjadinya Kiamat, Allah membatalkan sistem yang selama ini dijadikan-Nya pengatur tata kerja alam raya. Hukum-hukum yang mengaturnya tidak berfungsi sehingga bintang-bintang berjatuhan/bertabrakan dan pudar cahayanya.

Matahari boleh jadi tidak lagi memberi kehangatan dan semua makhluk di bumi kedinginan dan membeku, atau justru sebaliknya memancarkan panas yang sangat terik sehingga menjadikan semua unsure yang membentuk matahari menjadi gas-gas yang menyala. Manusia sibuk menyelamatkan diri sehingga tidak memedulikan selain keselamatannya.

Bahkan binatang buas pun ketakutan, sehingga menjadi tidak buas atau tidak lagi saling mengancam sebagaimana yang terjadi selama ini. Mereka berkumpul di satu tempat—setelah keluar dari hutan/sarang-sarangnya. Oksigen dan Hidrogen yang merupakan unsur-unsur kejadian air (samudra) boleh jadi dipisahkan sehingga melahirkan ledakan-ledakan dahsyat.

Intisari Kandungan Ayat (Ayat 7-14)

Ayat-ayat yang lalu melukiskan enam hal yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi menjelang Hari Kiamat. Ayat-ayat 7 sampai 14 menjelaskan juga enam peristiwa yang terjadi pada saat kebangkitan, yaitu:

1. Jiwa-jiwa dipertemukan kembali dengan jasadnya yang tadinya telah terkubur atau bergabungnya jiwa dengan sesamanya. Yang durhaka dengan yang durhaka, demikian juga sebaliknya.
2. Bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanyai mengapa mereka diperlakukan demikian. Ini untuk mengecam pelaku-pelaku kejam itu.
3. Lembaran-lembaran amal perbuatan manusia yang dicatat oleh malaikat dibuka lalu dibaca oleh masing-masing pemiliknya.
4. Langit dicabut dari tempatnya bagaikan menguliti kulit binatang.
5. Neraka Jahim dikobarkan lalu didekatkan kepada para pendurhaka.
6. Surga dihiasi lalu didekatkan menyambut para yang taat.

Apabila hal-hal yang disebut tadi  terjadi, maka menurut ayat 14 setiap orang akan mengetahui dengan sangat jelas sehingga yakin serta menyadari apa yang telah dia kerjakan dalam kehidupan dunia ini.

Pelajaran yang Dapat Dipetik Dari Ayat 7-14
1. Alam raya akan punah, kehidupan dunia/ di planet bumi tidak akan kekal. Karena itu sementara ilmuwan berkata bahwa setiap detik berlalu, berkurang pula berat matahari. Alam raya menurut ilmuwan terus melakukan ekspansi tapi suatu ketika jika tiba waktunya dia mengerucut dan mengerucut hingga punah.
2. Di Hari Kemudian manusia akan bangkit dengan jasad walau bukan lagi dengan jasad yang digunakannya di dunia.
3. Pada masa Jahiliyah sebagian suku membunuh anak-anak perempuan mereka karena takut tak mampu membiayai hidupnya atau karena khawatir dipermalukan bila anak-anaknya ditawan oleh musuh. Kecaman dan ancaman al-Qur’an terhadap pelakunya merupakan salah satu yang menunjukkan perhatian dan kasih sayang Islam terhadap perempuan dan larangannya melakukan kekerasan terhadap mereka.
4. Membunuh anak/aborsi baik perempuan maupun lelaki—setelah kelahiran atau masih janin—baik karena takut miskin atau menutup malu adalah dosa besar. Tidak diperkenankan melakukannya kecuali dalam keadaan darurat guna memelihara kelanjutan hidup ibu, dan/ atau menurut sementara ulama dewasa ini akibat perkosaan.
5. Dalam kehidupan dunia ini, malaikat mencatat amal-amal perbuatan manusia, yang baik dan yang buruk, bahkan niatnya (yang baik) dan di Hari Kemudian setiap orang membaca catatan itu dan tak dapat mengingkarinya.

Kelompok ayat-ayat ini berbicara tentang al-Qur'an dan Nabi Muhammad saw yang keduanya menyampaikan keniscayaan Hari Kiamat. Melalui ayat 15 dan 16, Allah bersumpah dengan bintang-bintang yang 'bersembunyi' sehingga tidak terlihat oleh pandangan mata, dan juga bintang-bintang yang menampakkan diri saat terbit dengan cahayanya yang redup, yang beredar dengan amat cepat dan berlindung saat terbenam seperti berlindungnya kijang di persembunyiannya.

Dia juga bersumpah melalui ayat 17 dan 18 demi malam saat semakin menipis kepekatannya menjelang fajar, dan subuh saat fajarnya mulai menyingsing. Sumpah dengan aneka hal itu untuk menyatakan bahwa sesungguhnya Hari Kiamat seperti yang dilukiskan oleh ayat-ayat yang lalu dan al-Qur'an al-Karim benar-benar firman Allah yang disampaikan oleh utusan yang mulia, yakni malaikat Jibril as (ayat 19).

Pelajaran yang Dapat Dipetik Dari Ayat 15-19
1. Bintang-bintang yang bertebaran di angkasa ada yang tidak terlihat dengan pandangan mata telanjang, ada juga yang terlihat. Pada masa turunnya al-Qur'an lima planet tata surya yang terlihat: Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus. Sampai sekarang, kendati sudah lebih banyak yang dapat terlihat melalui teleskop, tetapi sebagian besar belum/ tidak terlihat.
2. Malam atau kegelapan diibaratkan dengan rasa kesal dan gelisah yang menyesakkan nafas dan bila fajar telah menyingsing perasaan itu mulai berkurang tak ubahnya dengan ketenangan yang diperoleh seseorang yang menarik nafas panjang. Demikian juga halnya dengan kekufuran. Yang menyambut kehadiran al-Qur'an bagaikan menyambut fajar setelah kelamnya malam, bernafas lega sesudah sempitnya dada.
3. Al-Qur'an bukan ucapan Nabi Muhammad, bukan juga malaikat Jibril as. Malaikat Jibril hanya menyampaikannya kepada Nabi Muhammad, dan Nabi Muhammad saw bertugas menyampaikan, menjelaskan kepada umat, dan memberi contoh pengamalannya.

Intisari Kandungan Ayat (Ayat 20-25)

Setelah ayat-ayat yang lalu menjelaskan tentang al-Qur'an mulia yang disampaikan oleh utusan Allah yang mulia, ayat 20 sampai 25 memuji dengan menjelaskan sifat utusan Tuhan itu bermula dengan menegaskan bahwa malaikat Jibril adalah pemilik kekuatan, yakni kemampuan yang diperolehya atas anugerah Allah, serta memiliki juga kedudukan tinggi di sisi Allah swt, yang merupakan Pemilik lagi Penguasa 'Arasy yakni alam semesta ini. Malaikat itu ditaati di alam malaikat lagi dipercaya dalam segala hal, termasuk dalam menyampaikan wahyu al-Qur'an.

Selanjutnya, ayat 22 menampik tuduhan-tuduhan kaum musyrik terhadap Nabi Muhammad saw yang menyampaikan tuntunan al-Qur'an dengan menyatakan bahwa bukanlah 'sahabatmu' yakni Nabi Muhammad saw yang kamu kenal demikian dekat seperti dekatnya sahabat yang selalu bersama kamu, bukanlah dia seorang yang gila (22).

Nabi agung itu telah melihat malaikat Jibril as dalam bentuk aslinya di ufuk yang terang, yakni di Shidrat al-Muntaha di mana segala sesuatu menjadi terang tanpa sedikit kekaburan atau kekeruhan pun, sehingga beliau mengenal malaikat itu sebaik mungkin (23). Dia juga tidak kikir menjelaskan hal gaib yang diketahuinya (24). Selanjutnya, (ayat 25) menegaskan bahwa al-Qur'an yang beliau sampaikan itu sedikit pun bukan merupakan perkataan setan yang terkutuk.

Pelajaran yang Dapat Dipetik Dari Ayat 20-25
1. Seseorang yang diberi tugas haruslah yang memenuhi syarat-syarat guna keberhasilan tugasnya. Antara lain kemampuan dalam bidang tugasnya, amanah/ kepercayaan yang menghiasi kepribadiannya, yang menjadikannya dihormati oleh lingkungannya.
2. Nabi Muhammad saw —sebelum pengangkatan beliau sebagai nabi— telah dikenal secara luas oleh masyarakat dan dikagumi sebagai seorang yang sangat jujur.
3. Nabi Muhammad saw tidak mungkin tukang tenung, karena biasanya tukang tenung enggan menyampaikan hal gaib yang dia diketahuinya sebelum dibayar atau diberi semacam imbalan, padahal Nabi Muhammad saw berusaha sekuat tenaga menyampaikan segala sesuatu yang beliau ketahui.
4. Seorang pengajar hendaknya jangan enggan menyampaikan informasi yang bermanfaat kepada siapa pun yang membutuhkannya.
5. Al-Qur'an tidak mungkin merupakan ucapan setan. Bukankah ayat-ayatnya mengutuk setan dan menjadikannya musuh abadi manusia. Bukankah setan selalu mengajak kepada keburukan, sedang al-Qur'an selalu menganjurkan dan mendorong kepada kebaikan?

Setelah ayat-ayat yang lalu menampik aneka tuduhan terhadap al-Qur'an dan terhadap yang menyampaikannya, dengan membuktikan kekeliruan mereka, maka kini ayat 26 mengecam para penuduh itu dengan menyatakan: Maka ke manakah kamu akan pergi yakni jalan apa yang kamu tempuh sehingga menuduh dengan tuduhan yang tidak benar serta berpaling darinya? Atau ke manakah kamu akan pergi, padahal di sini ada al-Qur'an yang memberi petunjuk keselamatan sedang tiada jalan keselamatan selainnya? Ayat 27 dan 28 bagaikan menyatakan: namun demikian, jika ada jalan lain yang hendak kamu tempuh, silakan saja karena al Qur'an tiada lain hanyalah peringatan dan bahan pelajaran bagi semesta alam, yaitu bagi siapa di antara kamu yang hendak menempuh jalan yang lurus dan menemukan kebenaran dan kebahagiaan.

Maksud ayat terakhir surah ini (ayat 29) adalah jangan duga jika kamu berkehendak, bahwa kamu memiliki kemandirian mutlak atas kehendakmu tanpa peranan Allah sama sekali. Jangan duga kamu dapat keluar dari system yang ditetapkan-Nya. Tidak! Allah memberi kamu potensi dan menunjuki jalan, dan kamu tidak dapat menghendaki kecuali apabila dikehendaki Allah, yakni sesuai dengan sistem yang ditetapkan Tuhan semesta alam.

Pelajaran yang Dapat Dipetik Dari Ayat 26-29
1. Jalan yang ditempuh oleh mereka yang menolak al-Qur'an adalah jalan buntu. Kendati demikian, Allah tidak memaksa siapa pun untuk menelusuri jalan yang ditunjuki-Nya. Tiada paksaan dalam memilih jalan!
2. Al-Qur'an adalah petunjuk dan peringatan. Siapa yang hendak meraih petunjuknya hendaklah dia berusaha, niscaya Allah akan membantunya.
3. Manusia memiliki kemampuan berusaha, tapi usaha itu sedikit pun tidak mengurangi kuasa dan kehendak Allah. Allah dapat memaksakan kehendak-Nya. Namun, itu bukan berarti bahwa Dia memaksa manusia, atau bahwa manusia tidak memiliki keterlibatan dan upaya. Karena itu, jangan pahami bahwa kehendak manusia terpisah dari kehendak Allah, yang kepada-Nya kembali segala sesuatu.

Demikian, Wa Allah A'lam

Read more at http://ikappiibadurrahman.blogspot.com/2012/10/tafsir-surat-at-takwir.html#w7y6Dz2PgubBMzQg.99

Sumber : http://ikappiibadurrahman.blogspot.com/2012/10/tafsir-surat-at-takwir.html

Tafsir Surat Al-Qiyamah ayat 1-20 (Tentang Hari Kiamat)

1 Aku bersumpah dengan hari kiamat,(QS. 75:1)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 1
لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ (1)
Dalam ayat ini Allah bersumpah dengan Hari Kiamat. Maksudnya ialah Allah menyatakan dengan tegas bahwa Hari Kiamat itu pasti datang. Karena itu hendaklah manusia bersiap-siap menghadapinya dengan beriman dan mengerjakan amal saleh, karena hari kiamat merupakan hari pembalasan amal.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Qiyaamah 1
لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ (1)
(Aku bersumpah dengan hari kiamat) huruf Laa di sini adalah huruf Zaidah.


2 dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).(QS. 75:2)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 2
وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ (2)
Dalam ayat ini Allah bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri). Nafsul Lawwamah ialah jiwa yang amat menyesali dirinya terhadap sikap dan tingkah lakunya pada masa lalu yang tidak sempat lagi diisi dengan perbuatan baik. Nafsul Lawwamah juga berarti jiwa yang menyesali dirinya karena berbuat kejahatan, kenapa masih saja tak sanggup dihentikan? Dan pada kebaikan yang disadari manfaatnya kenapa tidak diperbanyak atau dilipat gandakan saja? Begitu Nafsul Lawwamah berkata dan menyesali dirinya sendiri.
Perasaan menyesal itu senantiasa ada walaupun dia berusaha keras sehabis upaya untuk mengerjakan amal saleh. Padahal semuanya pasti akan diperhitungkan kelak. Nafsul Lawwamah juga berarti jiwa yang tak bisa dikendalikan pada waktu senang maupun susah. Waktu senang bersikap boros dan royal, sedang di masa susah menyesali nasibnya dan menjauhi agama.
Nafsul Lawwamah sebenarnya adalah jiwa seorang mukmin yang belum mencapai tingkat yang lebih sempurna. Sebab nafsu ini sering juga disebut Nafsu Syarifah (nafsu yang mulia) yang sebenarnya tidak senang dengan jiwa yang suka memperturutkan perbuatan mendurhakai Allah. Benteng utama dari jiwa seperti ini tetap saja menyesal karena telah melewati hidup di atas dunia dengan kebaikan yang tidak sempurna.
Perlu disebutkan di sini bahwa Allah bersumpah dengan Hari Kiamat dan Nafsul Lawwamah. Apa hubungannya? Sebab karena hari kiamat itu kelak akan membeberkan tentang jiwa seseorang, apakah ia memperoleh kebahagiaan atau sebaliknya, yaitu kecelakaan. Maka jiwa atau Nafsul Lawwamah boleh jadi termasuk golongan yang bahagia atau termasuk golongan yang celaka. Dari segi lain sengaja Allah menyebutkan jiwa yang menyesali dirinya ini karena begitu besarnya persoalan jiwa dari sudut pandangan Alquran.
Huruf "La" yang terdapat pada ayat 1 dan 2 di atas adalah "La" (لا) "zaidah" (زائدة) yang menguatkan arti perkataan sesudahnya, yaitu adanya Hari Kiamat dan adanya Nafsu Lawwamah . Allah sendiri menjawab sumpah-Nya biarpun dalam teks ayat tidak disebutkan. Jadi setelah bersumpah dengan Hari Kiamat dan Nafsu Lawwamah , Allah menegaskan,
"Sungguh kamu akan dibangkitkan dan akan dimintai pertanggungjawabanmu".
Pengertian ini diketahui dari ayat berikutnya.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Qiyaamah 2
وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ (2)
(Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali) dirinya sendiri sekalipun ia berupaya sekuat tenaga di dalam kebaikan. Jawab Qasam tidak disebutkan; lengkapnya, Aku bersumpah dengan nama hari kiamat dan dengan nama jiwa yang banyak mencela, bahwa niscaya jiwa itu pasti akan dibangkitkan. Pengertian Jawab ini ditunjukkan oleh firman selanjutnya, yaitu:


3 Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya?(QS. 75:3)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 3
أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَلَّنْ نَجْمَعَ عِظَامَهُ (3)
Apakah manusia mengira, bahwa Allah tidak akan mengumpulkan kembali tulang-belulangnya?. Artinya apakah manusia mengerti bahwa tulangnya yang telah hancur di dalam kubur, setelah berserakan di tempat yang terpisah-pisah tidak dapat dikumpulkan Allah kembali? Ayat yang diungkapkan dengan nada pertanyaan ini mengandung makna agar manusia memikirkan persoalan mati dan adanya hari berbangkit itu secara serius.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Qiyaamah 3
أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَلَّنْ نَجْمَعَ عِظَامَهُ (3)
(Apakah manusia mengira) yakni, orang kafir (bahwa Kami tidak akan mengumpulkan kembali tulang belulangnya) untuk dibangkitkan menjadi hidup kembali.


4 Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.(QS. 75:4)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 4
بَلَى قَادِرِينَ عَلَى أَنْ نُسَوِّيَ بَنَانَهُ (4)
Untuk menghilangkan keragu-raguan itu, Allah menegaskan sebenarnya Dia berkuasa menyusun (kembali) jari jemari manusia dengan sempurna. Bahkan Allah sanggup mengumpulkan dan menyusun kembali bagian-bagian tubuh yang hancur itu sekalipun itu adalah bahagian yang terkecil seperti jari-jemari yang begitu banyak ruas dan bukunya, yang andai kata Allah tiada mempunyai ilmu pengetahuan dan kekuasaan yang sempurna, tentu tiada mungkin Ia menyusunnya kembali. Ringkasnya bagaimana tulang-belulang, jari jemari itu tersusun dengan sempurna, maka Allah sanggup mengembalikannya lagi seperti semula.
Diriwayatkan bahwa ayat ke 3 dan ke 4 ini diturunkan karena ulah dua orang yang bernama Adi bin Abi Rabi'ah bersama Akhnasy bin Syuraiq. Adi pernah menjumpai Rasulullah dengan bertanya, "Hai Muhammad, tolong ceritakan kepadaku kapan datang Hari Kiamat itu dan bagaimana keadaan manusia pada waktu itu?" Rasulullah SAW menceritakan apa adanya, Adi menjawab pula, "Demi Allah, andaikata aku melihat dengan mata kepalaku sendiri akan hari itu, aku juga tidak akan membenarkan ucapanmu itu dan aku juga tidak percaya kepadamu dan kepada Hari Kiamat itu. Apakah mungkin hai Muhammad, Allah sanggup mengumpulkan kembali tulang-belulang manusia? Kemudian turunlah ayat ke 4 di atas yang menegaskan kekuasaan Allah sebagai jawaban buat Adi dan orang-orang yang bersikap seperti dia.
Karena peristiwa itu, Rasulullah SAW senantiasa berdoa:

اللهم اكفني شر جاري السوء
Artinya:
"Ya Allah, jauhkanlah aku dari kejahatan tetanggaku yang (bersikap) jahat".
(lihat tafsir Al Maragi, hal. 146, juz 29, jilid X)


5 Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus.(QS. 75:5)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 5
بَلْ يُرِيدُ الْإِنْسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ (5)
Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa sebenarnya manusia dengan perkembangan pikirannya menyadari bahwa Allah sanggup berbuat begitu, namun kehendak nafsunya mempengaruhi pikirannya.
Bahkan manusia itu hendak berbuat maksiat terus menerus. Sesungguhnya tidak ada manusia yang tidak mengenal kekuasaan Tuhannya, untuk menghidupkan dan menyusun tulang belulang orang yang sudah mati. Akan tetapi mereka masih ingin bergelimang dengan berbagai laku perbuatan maksiat terus menerus, kemudian menunda-nunda tobat atau menghindari diri dari padanya.
Sesungguhnya manusia yang seperti ini kata sahabat Said ibnu Ubair suka cepat-cepat memperturutkan kehendak hati, berbuat apa saja yang diinginkan. Nafsu selalu menggodanya: "Nanti sajalah aku bertobat; nanti sajalah aku hendak beramal kebaikan," Celakanya dia belum sempat tobat dan beramal kebaikan, malaikat maut sudah lebih dahulu mencabut nyawanya. Padahal pada saat itu sedang asyik dalam perbuatan maksiat".
Boleh jadi juga maksud ayat ini adalah bahwa seseorang selalu berangan-angan: "Betapa nikmatnya kalau aku mendapat ini dan itu, mendapat mobil dan rumah mewah atau jabatan yang empuk, dan seterusnya. namun lupa mengingat mati, lupa dengan akan datangnya hari berbangkit, hari saat nasibnya diperiksa segala pekerjaannya.
Kata-kata "liyafjura" berarti cenderung kepada yang batil, suka menyimpang dari kebenaran.
Orang seperti ini ingin hidup bebas seperti binatang. Tidak suka terhalang mengerjakan apa saja karena teguran akal sehat atau larangan agama yang sanggup mengekang keinginannya.


6 Ia bertanya: `Bilakah hari kiamat itu?`(QS. 75:6)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 6
يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ (6)
Dalam ayat ini Allah menggambarkan sikap orang keras kepala: Ia bertanya, "Bilakah Hari Kiamat itu?" Pertanyaan ini muncul sebagai tanda terlalu jauhnya jangkauan Hari Kiamat itu dalam pikiran si penanya dan menunjukkan ketidak percayaan akan terjadinya. Ini ada hubungannya dengan ayat sebelumnya, yakni: "Kenapa ia terus menerus ingin mengerjakan kejahatan?" Karena mereka mengingkari adanya hari berbangkit. Jadi tidak perlu memikirkan segala akibat dari kejahatan yang telah dilakukan.
Banyak ayat yang lain senada dengan itu, umpamanya:

هيهات هيهات لما توعدون إن هي إلا حياتنا الدنيا نموت ونحيا وما نحن بمبعوثين
Artinya:
Jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu, kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi.
(Q.S. Al-Mu'minun: 36, 37)
Kalau disimpulkan ada dua sebab ketidak percayaan manusia kepada Hari Kiamat, yakni:
1. Karena ragu-ragu dengan kekuasaan Allah. Misalnya pikiran yang berpendapat bahwa bahagian tubuh yang sudah hancur dan berserakan serta bercampur aduk dengan tanah, di timur maupun di barat, mungkinkah dapat disusun dan dihidupkan kembali? Bagaimana bisa tubuh manusia yang demikian kembali kepada keadaan semula?.
Seperti bunyi ayat 3 dan 4:

أيحسب الإنسان ألن نجمع عظامه بلى قادرين على أن نسوي بنانه
Artinya:
"Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya Kami menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna".
(Q.S. Al-Bayyinah: 3, 4)
2. Karena keinginan yang terus-menerus untuk menikmati kesenangan duniawi, dan tidak suka dengan kedatangan kiamat (hari berkumpul dan berhisab) yang tentu memutuskan segala bentuk kesenangan itu, seperti disebutkan dalam ayat ke 5:

بل يريد الإنسان ليفجر أمامه
Artinya:
"Bahkan manusia itu sungguh hendak membuat maksiat terus-menerus".
(Q.S. Al-Qiyamah: 5)


7 Maka apabila mata terbelalak (ketakutan),(QS. 75:7)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 7 - 9
فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ (7) وَخَسَفَ الْقَمَرُ (8) وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ (9)
Dalam ayat-ayat ini Allah menerangkan beberapa tanda kedatangan Hari Kiamat itu dalam tiga hal, yakni:
1. Apabila mata terbelalak (karena ketakutan). Pada waktu itu tidak sanggup mata menyaksikan sesuatu hal yang sangat dahsyat. Dalam ayat lain tercantum makna yang sama, yakni:

مهطعين مقنعي رءوسهم لا يرتد إليهم طرفهم وأفئدتهم هواء
Artinya:
Mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong.
(Q.S. Ibrahim: 43)
2. Dan apabila bulan telah hilang cahayanya. Hilangnya cahaya bulan selama-lamanya, bukan seperti keadaan waktu gerhana bulan yang hanya berlangsung sebentar saja.
3. Dan matahari dan bulan dikumpulkan. Artinya matahari dan bulan saling bertemu, sudah kacau-balau. Keduanya terbit dan terbenam pada tempat yang sama, menyebabkan gelapnya suasana alam semesta ini. Padahal keadaan begitu tidak pernah terjadi, masing-masing berada dalam posisi yang telah ditentukan Allah berfirman:

لا الشمس ينبغي لها أن تدرك القمر ولا الليل سابق النهار وكل في فلك يسبحون
Artinya:
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
(Q.S. Yasin: 40)
Jelasnya bahwa di antara peristiwa yang terjadi ketika kedatangan kiamat adalah: manusia sangat ketakutan (terbelalak matanya), hilangnya cahaya bulan untuk selama-lamanya, dan bulan serta matahari dipertemukan (dihancurkan).
Pada saat itulah manusia yang kafir menyadari betapa janji Allah menjadi kenyataan. Semua orang berusaha hendak menyelamatkan diri.


8 dan apabila bulan telah hilang cahayanya,(QS. 75:8)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 7 - 9
فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ (7) وَخَسَفَ الْقَمَرُ (8) وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ (9)
Dalam ayat-ayat ini Allah menerangkan beberapa tanda kedatangan Hari Kiamat itu dalam tiga hal, yakni:
1. Apabila mata terbelalak (karena ketakutan). Pada waktu itu tidak sanggup mata menyaksikan sesuatu hal yang sangat dahsyat. Dalam ayat lain tercantum makna yang sama, yakni:

مهطعين مقنعي رءوسهم لا يرتد إليهم طرفهم وأفئدتهم هواء
Artinya:
Mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong.
(Q.S. Ibrahim: 43)
2. Dan apabila bulan telah hilang cahayanya. Hilangnya cahaya bulan selama-lamanya, bukan seperti keadaan waktu gerhana bulan yang hanya berlangsung sebentar saja.
3. Dan matahari dan bulan dikumpulkan. Artinya matahari dan bulan saling bertemu, sudah kacau-balau. Keduanya terbit dan terbenam pada tempat yang sama, menyebabkan gelapnya suasana alam semesta ini. Padahal keadaan begitu tidak pernah terjadi, masing-masing berada dalam posisi yang telah ditentukan Allah berfirman:

لا الشمس ينبغي لها أن تدرك القمر ولا الليل سابق النهار وكل في فلك يسبحون
Artinya:
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
(Q.S. Yasin: 40)
Jelasnya bahwa di antara peristiwa yang terjadi ketika kedatangan kiamat adalah: manusia sangat ketakutan (terbelalak matanya), hilangnya cahaya bulan untuk selama-lamanya, dan bulan serta matahari dipertemukan (dihancurkan).
Pada saat itulah manusia yang kafir menyadari betapa janji Allah menjadi kenyataan. Semua orang berusaha hendak menyelamatkan diri.


9 dan matahari dan bulan dikumpulkan,(QS. 75:9)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 7 - 9
فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ (7) وَخَسَفَ الْقَمَرُ (8) وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ (9)
Dalam ayat-ayat ini Allah menerangkan beberapa tanda kedatangan Hari Kiamat itu dalam tiga hal, yakni:
1. Apabila mata terbelalak (karena ketakutan). Pada waktu itu tidak sanggup mata menyaksikan sesuatu hal yang sangat dahsyat. Dalam ayat lain tercantum makna yang sama, yakni:

مهطعين مقنعي رءوسهم لا يرتد إليهم طرفهم وأفئدتهم هواء
Artinya:
Mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong.
(Q.S. Ibrahim: 43)
2. Dan apabila bulan telah hilang cahayanya. Hilangnya cahaya bulan selama-lamanya, bukan seperti keadaan waktu gerhana bulan yang hanya berlangsung sebentar saja.
3. Dan matahari dan bulan dikumpulkan. Artinya matahari dan bulan saling bertemu, sudah kacau-balau. Keduanya terbit dan terbenam pada tempat yang sama, menyebabkan gelapnya suasana alam semesta ini. Padahal keadaan begitu tidak pernah terjadi, masing-masing berada dalam posisi yang telah ditentukan Allah berfirman:

لا الشمس ينبغي لها أن تدرك القمر ولا الليل سابق النهار وكل في فلك يسبحون
Artinya:
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
(Q.S. Yasin: 40)
Jelasnya bahwa di antara peristiwa yang terjadi ketika kedatangan kiamat adalah: manusia sangat ketakutan (terbelalak matanya), hilangnya cahaya bulan untuk selama-lamanya, dan bulan serta matahari dipertemukan (dihancurkan).
Pada saat itulah manusia yang kafir menyadari betapa janji Allah menjadi kenyataan. Semua orang berusaha hendak menyelamatkan diri.


10 pada hari itu manusia berkata: `Ke mana tempat lari?`(QS. 75:10)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 10
يَقُولُ الْإِنْسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ (10)
Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa pada hari itu manusia berkata, "Ke mana tempat lari?" Masing-masing orang berusaha mencari jalan untuk menyelamatkan diri. Sebagian mengartikan: "Ke mana tempat lari menghindari api neraka? Tentulah manusia yang dimaksudkan adalah orang-orang kafir, karena pada saat itu orang-orang mukmin tidak ada yang menyangsikan kedatangan Hari Kiamat itu seperti disebutkan dalam beberapa hadis Nabi. Tetapi orang-orang kafir itu dapatkah mereka menyelamatkan diri? Tidak!


11 Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung!(QS. 75:11)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 11
كَلَّا لَا وَزَرَ (11)
Dalam ayat ini ditegaskan bahwa sekali-kali tidak ada tempat berlindung. Tiada sesuatu perlindunganpun yang mungkin menyelamatkan mereka dari siksaan Allah. Tiada benteng maupun bukit atau senjata yang dapat dipergunakan. Demikian dalam ayat lain Allah menegaskan:

استجيبوا لربكم من قبل أن يأتي يوم لا مرد له من الله ما لكم من ملجأ يومئذ وما لكم من نكير
Artinya:
Patuhilah seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak kedatangannya. Kamu tidak memperoleh tempat berlindung pada hari itu dan tidak (pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu).
(Q.S. Asy Syura: 47)


12 Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali.(QS. 75:12)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 12
إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ (12)
Kemudian dalam ayat ini diterangkan keadaan yang sebenarnya dan ke mana manusia hendak dikumpulkan. Hanya kepada Tuhanmu sajalah di hari itu tempat manusia kembali. Di tempat yang celaka penuh kesengsaraan atau di tempat yang penuh nikmat penuh kebahagiaan. Semuanya tergantung kepada kehendak Allah belaka, Dia Penguasa Tunggal di hari itu. Semua manusia kembali kepada Allah tanpa kecuali. Ke sanalah tujuan perjalanan hidup yang terakhir. Allah berfirman:

وأن إلى ربك المنتهى
Artinya:
Dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu).
(Q.S. An Najm: 42)


13 Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.(QS. 75:13)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 13
يُنَبَّأُ الْإِنْسَانُ يَوْمَئِذٍ بِمَا قَدَّمَ وَأَخَّرَ (13)
Ayat ini menerangkan bahwa pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. Kepada manusia diceritakan ketika telah tiba waktunya menghisab dan menimbang amalannya. Semua akan dibeberkan dengan jelas, mana perbuatan baik yang telah dikerjakan dan mana yang seharusnya dikerjakan tapi tidak sempat lagi dilaksanakannya. Demikian pula mana yang semestinya dahulu diperbuat guna menghindarkan diri dari azab Allah dan mencapai pahala-Nya. Tiada yang luput dari pemberitaan itu, karya yang kecil maupun yang besar, yang baru maupun yang sudah usang.
Ibnu 'Abbas mengartikan ayat ini, yang diceritakan tidak hanya sekadar perbuatan buruk dan baik seseorang menjelang dia meninggal dunia, tetapi juga segala karya, pikiran dan kebiasaannya. Ringkasnya semua orang akan menyaksikan sendiri di hadapannya segala wujud amaliahnya, sebagaimana disebutkan dalam ayat lain:

وضع الكتاب فترى المجرمين مشفقين مما فيه ويقولون يا ويلتنا مال هذا الكتاب لا يغادر صغيرة ولا كبيرة إلا أحصاها ووجدوا ما عملوا حاضرا ولا يظلم ربك أحدا
Artinya:
Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun".
(Q.S. Al-Kahfi: 49)
Untuk melengkapi keterangan ini baiklah dikemukakan di sini hadis Rasulullah SAW yang berbunyi:

سبع يجزى أجرها للعبد بعد موته وهو في قبره مَنْ عَلَّمَ علما أو أجرى نهرا أو حفر بئرا أو غرس ظلا أو بنى مسجدا أو ورَّق مصحفا أو ترك وليا يستغفر له بعد موته.
Artinya:
"Tujuh macam perbuatan yang tetap dipahalai Allah bagi seorang hamba setelah kematiannya, ketika ia berada di kuburannya, yakni; Siapa yang mengajarkan ilmu pengetahuan, siapa yang membuat aliran sungai (irigasi), siapa yang menggali telaga, siapa yang menanam pohon pelindung, siapa yang mendirikan mesjid, siapa yang menyebarluaskan kitab suci Alquran, dan siapa yang meninggalkan wali (keturunan) yang selalu memohonkan keampunan buat dia setelah dia meninggal".
(H.R. Abu Hurairah dari Qusyairi)


14 Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri,(QS. 75:14)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 14
بَلِ الْإِنْسَانُ عَلَى نَفْسِهِ بَصِيرَةٌ (14)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa diri manusia itu sendiri menjadi saksi, sehingga tak perlu orang lain menceritakan kepadanya karena semua bagian tubuhnya menjadi saksi atas segala yang telah dikerjakannya, dengan jujur tanpa berbohong lagi. Mana yang berbuat jahat kena siksaan dan tak bisa menghindarinya. Demikianlah pendengaran, penglihatan, kaki, tangan dan semuanya membeberkan segala yang telah dikerjakannya.
Akan tetapi manusia tetap saja ingin mengajukan berbagai alasan untuk mendebat keputusan Allah.


15 meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya.(QS. 75:15)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 15
وَلَوْ أَلْقَى مَعَاذِيرَهُ (15)
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa biarpun manusia berusaha mengajukan berbagai alasan guna menutupi segala kesalahannya, menyembunyikan segala perbuatannya yang jelek, namun semua itu tak akan angkat bicara menjadi saksi atas apa yang telah mereka lakukan.
Dalam ayat lain disebutkan lagi:

اقرأ كتابك كفى بنفسك اليوم عليك حسيبا
Artinya:
"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu".
(Q.S. Al-Isra': 14)
Dari isyarat ayat di atas dapat pula kita mengambil pelajaran (iktibar), bahwa keyakinan orang musyrik mempersekutukan Allah dan menyembah patung/berhala, serta ketidak percayaan mereka pada hari berbangkit, adalah kepercayaan yang salah. Hati kecil mereka sendiri sesungguhnya tidak mengakui yang demikian. Karena itu segala alasan yang mereka kemukakan guna menolak kebenaran, sebenarnya adalah alasan palsu. Mereka mengucapkan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak hati nurani sendiri.


16 Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al quran karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya.(QS. 75:16)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 16
لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16)
Dalam ayat ini Allah melarang Muhammad SAW menggerakkan lidahnya untuk membaca Alquran karena hendak cepat-cepat menguasainya. Artinya: "Janganlah engkau wahai Rasul menggerak-gerakkan lidah dan bibirmu untuk cepat-cepat menangkap bacaan Jibril karena takut bacaan itu luput dari ingatanmu.
Dalam hadis Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah SAW menggerak-gerakkan bibirnya ketika wahyu diturunkan. Menghafal ayat-ayat itu mula-mulanya terlalu berat bagi beliau. Itulah sebabnya ketika Jibril menyampaikan wahyu itu Rasulullah SAW segera saja mengikuti dengan gerakan lidah dan bibirnya karena takut luput dari ingatan; padahal Jibril belum selesai membaca. Hal ini terjadi ketika turunnya Surah Taha, dan semenjak adanya teguran Allah dalam Ayat ke 16 ini tentu beliau sudah tenang dalam menerima wahyu tidak perlu cepat-cepat menangkapnya. Pada ayat lain terdapat maksud yang sama, yakni:

فتعالى الله الملك الحق ولا تعجل بالقرآن من قبل أن يقضى إليك وحيه وقل رب زدني علما
Artinya:
Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Alquran sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan".
(Q.S. Thaha: 114)
Jelaslah Allah melarang Nabi SAW meniru bacaan Jibril A.S. kalimat demi kalimat sebelum ia selesai membacakannya, agar dapat Nabi Muhammad SAW menghafal dan memahami betul-betul ayat yang diturunkannya itu.
Dalam hadis Muslim dari Ibnu Jubair dan Ibnu 'Abbas, beliau menyebutkan pula sebab-sebab turun ayat ke 16 ini, bunyinya:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعالج من التنزيل شدة فكان يحرك شفتيه قال, فقال لي ابن عباس أنا أحرك شفتي كما كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يحرك شفتيه فأنزل الله عز وجل لا تحرك لسانك لتعجل به
Artinya:
Nabi SAW berusaha menghilangkan kepayahan ketika diturunkan wahyu dengan menggerakkan bibirnya. Maka Ibnu Abbas pun berkata kepadaku (Ibnu Jubair), "Aku menggerakkan bibirku sebagaimana Rasulullah berbuat begitu, maka ia (Ibnu Abbas) pun menggerak-gerakkan bibirnya. Lalu Allah menurunkan ayat: La tuharrik bihi lisanaka lita'jala bihi (janganlah kamu hai Muhammad menggerakkan lidahmu untuk membaca Alquran karena hendak cepat-cepat (menguasainya).
(H.R. Muslim)

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Qiyaamah 16
لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16)
(Janganlah kamu gerakkan untuk membacanya) membaca Alquran, sebelum malaikat Jibril selesai daripadanya (lisanmu karena hendak cepat-cepat menguasainya) karena kamu merasa khawatir bacaannya tidak dapat kamu kuasai.


17 Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.(QS. 75:17)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 17 - 18
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ (17) فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ (18)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan sebab larangan mengikuti bacaan Jibril ketika dia sedang membacakannya itu, adalah karena: "Sesungguhnya atas tanggungan Allah-lah mengumpulkannya di dalam dada Muhammad dan membuatnya pandai membacanya.
Allahlah yang bertanggung jawab bagaimana supaya Alquran itu tersimpan dengan baik dalam dada atau ingatan Muhammad, dan memantapkannya dalam kalbunya. Allah pula yang memberikan bimbingan kepadanya bagaimana cara membaca ayat itu dengan sempurna dan teratur, sehingga Muhammad hafal dan tidak lupa selama-lamanya.
Oleh sebab itu bila Jibril selesai membacakan ayat-ayat yang harus diturunkan, hendaklah Muhammad menuruti membacanya. Nanti Muhammad mendapatkan dirinya selalu ingat dan hafal akan ayat-ayat itu. Tegasnya pada waktu Jibril membaca, hendaklah Muhammad diam dan mendengarkan bacaannya.
Dari sudut lain ayat ini juga berarti: "Bila telah selesai dibacakan kepada Muhammad ayat-ayat Allah hendaklah ia segera mengamalkan hukum-hukum dan syariat-syariatnya.
Semenjak turunnya perintah ini Rasulullah senantiasa mengikuti dan mendengarkan dengan penuh perhatian wahyu yang dibacakan Jibril. Setelah Jibril pergi, barulah beliau membacanya dan bacaannya itu tetap tinggal dalam ingatan beliau. Demikian diterangkan dalam hadis Bukhari dari Siti 'Aisyah.


18 Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.(QS. 75:18)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 17 - 18
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ (17) فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ (18)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan sebab larangan mengikuti bacaan Jibril ketika dia sedang membacakannya itu, adalah karena: "Sesungguhnya atas tanggungan Allah-lah mengumpulkannya di dalam dada Muhammad dan membuatnya pandai membacanya.
Allahlah yang bertanggung jawab bagaimana supaya Alquran itu tersimpan dengan baik dalam dada atau ingatan Muhammad, dan memantapkannya dalam kalbunya. Allah pula yang memberikan bimbingan kepadanya bagaimana cara membaca ayat itu dengan sempurna dan teratur, sehingga Muhammad hafal dan tidak lupa selama-lamanya.
Oleh sebab itu bila Jibril selesai membacakan ayat-ayat yang harus diturunkan, hendaklah Muhammad menuruti membacanya. Nanti Muhammad mendapatkan dirinya selalu ingat dan hafal akan ayat-ayat itu. Tegasnya pada waktu Jibril membaca, hendaklah Muhammad diam dan mendengarkan bacaannya.
Dari sudut lain ayat ini juga berarti: "Bila telah selesai dibacakan kepada Muhammad ayat-ayat Allah hendaklah ia segera mengamalkan hukum-hukum dan syariat-syariatnya.
Semenjak turunnya perintah ini Rasulullah senantiasa mengikuti dan mendengarkan dengan penuh perhatian wahyu yang dibacakan Jibril. Setelah Jibril pergi, barulah beliau membacanya dan bacaannya itu tetap tinggal dalam ingatan beliau. Demikian diterangkan dalam hadis Bukhari dari Siti 'Aisyah.


19 Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.(QS. 75:19)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 19
ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ (19)
Ayat ini menjelaskan adanya jaminan Allah bahwa sesungguhnya atas tanggungan Allah-lah penjelasannya. Maksudnya setelah Jibril selesai membacakan Alquran itu kepada Nabi Muhammad, maka Allah langsung memberikan penjelasan kepada beliau melalui ilham-ilham yang Allah tanamkan ke dalam dada Nabi SAW, sehingga pengertian ayat ini secara sempurna sebagaimana yang dikehendaki Allah dapat diketahui Nabi SAW. Allah pula yang menyampaikan kepada Nabi segala rahasia, hukum-hukum dan pengetahuan Alquran itu secara sempurna. Sehingga dengan begitu tidak dapat diragukan sedikitpun. bahwa sesungguhnya Alquran itu dari sisi Allah SWT.


20 Sekali-kali jangan. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia,(QS. 75:20)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 20
كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ (20)
Dalam ayat ini Allah kembali mencela kehidupan orang musyrik yang sangat mencintai dunia. Allah menyerukan,
"sekali-kali jangan. Sesungguhnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia dan meninggalkan kehidupan akhirat".
Dengan ayat ini terdapat suatu kesimpulan umum bahwa mencintai kehidupan adalah salah satu tanda watak manusia seluruhnya. Memang sebagian mengharapkan kebahagiaan akhirat, namun yang mencintai hidup dunia serta mendustai adanya hari berbangkit jauh lebih besar jumlahnya.

Sumber : http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=1&SuratKe=75#Top